SIGERMEDIA.COM – Dalam situasi yang diwarnai oleh dampak El Nino, stok cadangan beras pemerintah (CBP) Indonesia terpaksa harus mengandalkan pasokan impor beras.
Produksi beras domestik menurun, sehingga Indonesia membutuhkan sekitar 1,5-2 juta ton beras dari luar negeri. Ini dilakukan untuk memastikan stok CBP tetap kuat hingga akhir tahun dan mengantisipasi kebutuhan awal tahun depan.
Jokowi: Produksi Padi Historis Selalu Berfluktuasi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan bahwa secara historis, produksi padi di Indonesia selalu mengalami fluktuasi.
Pada semester pertama, produksi cenderung tinggi karena panen besar biasanya terjadi pada Maret-April. Namun, pada semester kedua, produksi cenderung menurun.
Beberapa sentra produksi padi saat ini masih dalam proses panen, seperti di Subang. Harapannya, panen ini dapat menambah stok CBP.
Meninjau hasil panen di Subang, Jokowi menyatakan kegembiraannya. Hasil panen 1 hektar (ha) mencapai 9 ton dengan indeks pertanaman yang padat.
Harapan besar dipasang pada panen seperti ini, yang diharapkan dapat menambah cadangan beras. Meskipun demikian, stok di Perum Bulog masih kurang, sekitar 1,7 juta ton.
Oleh karena itu, pemerintah berencana menambah stok sekitar 1,5 juta ton hingga akhir tahun melalui impor.
El Nino Berdampak pada Produksi Padi
Penambahan cadangan beras ini terkait dengan dampak El Nino. Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa El Nino memiliki pengaruh besar terhadap produksi padi dan hasil panen.
Oleh karena itu, penambahan cadangan sekitar 1,5 juta ton hingga akhir tahun melalui impor menjadi solusi yang ditempuh pemerintah.
Kunjungan ke Sentra Produksi Padi Lainnya
Selain Subang, Presiden Jokowi juga akan mengunjungi Indramayu, yang diperkirakan memiliki panen lebih luas. Meskipun demikian, dampak El Nino tetap membuat produksi padi menurun.
Presiden Jokowi menegaskan bahwa tidak ada masalah berarti karena stok di Perum Bulog masih mencapai 1,7 juta ton.
Harga Gabah Tinggi, Harga Beras Harus Dikendalikan
Saat ini, harga gabah di Indonesia mencapai tingkat yang tinggi, berkisar antara Rp 7.300 hingga Rp 7.600 per kilogram (kg).
Petani merasa senang dengan harga ini, namun pembeli beras merasa khawatir. Jokowi mengatakan bahwa pemerintah harus berupaya menggerojok sebanyak mungkin beras ke pasar untuk mengendalikan harga dan membuatnya turun.
Harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sudah mulai turun, dan Jokowi berharap hal ini akan diikuti oleh pasar lain dan konsumen.
Penduduk Indonesia Terus Bertambah
Selama menghadiri Konsolidasi Akbar Relawan Alap-Alap Jokowi di Bogor, Jawa Barat, Presiden Jokowi mengumumkan bahwa jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 278 juta orang.
Ini merupakan peningkatan dari perhitungan sebelumnya yang mencapai 270 juta orang. Peningkatan jumlah penduduk ini seharusnya diiringi dengan peningkatan produksi beras nasional.
Sayangnya, perubahan iklim, cuaca panas, dan kemarau panjang telah menyebabkan produksi beras Indonesia menurun.
Masalah Ekspor Beras di Tingkat Global
Selain faktor-faktor internal, masalah ekspor beras di tingkat global juga mempengaruhi situasi beras di Indonesia. Saat ini, sudah ada 22 negara, termasuk India, yang menghentikan ekspor berasnya.
Hal ini telah mendorong kenaikan harga beras di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Jokowi mengingatkan bahwa masalah di satu negara dapat berimbas ke negara lain, sehingga perubahan harga beras di berbagai negara menjadi tidak terhindarkan.
Perbandingan Harga Beras dengan Negara Tetangga
Meskipun harga beras nasional di Indonesia mengalami kenaikan, rata-rata harga tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga.
Di Singapura, harga beras mencapai Rp 21.600 per kg, sementara di Brunei Darussalam mencapai Rp 37 ribu per kg, dan di Timor Leste mencapai Rp 20 ribu per kg.
Meskipun begitu, pemerintah tetap berupaya menekan harga beras agar kembali turun ke tingkat yang normal.