Mengenal Warisan Budaya Lampung, Upacara Adat Lampung Pepadun, Saibatin

Ini Perbedaan Adat Lampung Pepadun dan Saibatin
Ini Perbedaan Adat Lampung Pepadun dan Saibatin

SIGERMEDIA.COM – Mengenal Warisan Budaya , Upacara Adat , . , provinsi di ujung selatan Pulau Sumatera, tak hanya terkenal dengan siger emasnya yang memukau.

Tetapi juga kekayaan budayanya yang terpancar melalui berbagai tradisi dan upacara adat. Menjelajahi Warisan Budaya : Upacara Adat yang Kaya Makna dan Penuh Pesona

Upacara-upacara ini, diwariskan turun-temurun oleh beragam suku di , seperti Lampung , Lampung , dan Lampung Abung, menjadi cerminan kepercayaan, nilai-nilai, dan identitas masyarakat Lampung.

Upacara Adat Lampung Pepadun,

Mari kita telusuri beberapa upacara adat Lampung yang masih lestari hingga saat ini, menguak makna dan pesonanya yang unik:

1. Upacara Gawi: Ritual Meriah Penuh Makna

Upacara Gawi, diselenggarakan oleh masyarakat Lampung Pepadun, merupakan ritual megah yang menandai momen penting, seperti pernikahan atau pemberian gelar adat.

Durasi upacara ini bisa mencapai 7 hari 7 malam, melibatkan seluruh keluarga dan masyarakat.

Puncak Gawi adalah pernikahan, diiringi prosesi “Cakcak Pepadun” untuk calon penyimbang, di mana mereka dianugerahi gelar “Begawi Cakak Pepadun” oleh para tetua adat.

Baca Juga : Ini Perbedaan Adat Lampung Pepadun dan Saibatin

Doa dan persembahan kepada leluhur, pertunjukan seni budaya seperti tari-tarian dan musik tradisional, serta jamuan makan menjadi bagian tak terpisahkan dari kemeriahan Gawi.

2. Upacara Perkawinan Adat Peminggri (Rebah Diah): Cinta Abadi dalam Tradisi

Upacara Perkawinan Adat Peminggri, atau Rebah Diah, merupakan salah satu upacara pernikahan paling sakral bagi masyarakat Lampung Pepadun.

imulai dengan Hibal Batin, prosesi bertunangan di rumah mempelai pria, dilanjutkan pesta adat di rumah mempelai wanita, dan pengenalan keluarga.

Tarian adat Lampung, seperti tarian Tigel dan Tari Perang (Gawel), memeriahkan momen ini, melambangkan kesetiaan dan cinta abadi kedua mempelai. Puncaknya adalah upacara naik tahta di rumah mempelai wanita, diikuti mandi adat sebagai penyucian diri.

3. Kukhuk Limau: Harapan dan Doa untuk Kehamilan yang Sehat

Kukhuk Limau, tradisi masyarakat adat Pepadun Buay Nuban, bertujuan memohon keselamatan dan kelancaran kehamilan serta keturunan yang diharapkan. Upacara ini terbagi dalam tiga tahap:

Baca Juga : Eksplorasi Budaya: Mengenal Pakaian Baju Adat Lampung Saibatin dan Pepadun

Persiapan: Utusan keluarga ibu hamil meminta doa dan petunjuk dari tokoh adat, menyiapkan berbagai alat dan bahan.

Upacara: Tokoh adat membaca ayat suci Al-Qur’an, memberikan nasihat, dan menjelaskan pantangan yang harus dihindari ibu hamil.

Penutup: Doa bersama untuk keselamatan dan kesejahteraan ibu hamil dan janinnya.

4. Tayuhan: Sukacita yang Menghimpun Keluarga

Tayuhan, tradisi Lampung untuk merayakan suka cita, seperti pernikahan, khitanan, panen berlimpah, atau pembangunan rumah, melibatkan seluruh keluarga besar.

Dimulai dengan rapat keluarga atau adat (Himpun) untuk menentukan tanggal, waktu, dan lokasi Tayuhan.

Pada hari pelaksanaan, keluarga berkumpul di rumah yang mengadakan Tayuhan, membawa berbagai peralatan dan bahan-bahan.

Baca Juga : Museum Lampung, Wisata Sejarah Asal Usul Lampung

Tayuhan diawali dengan pembacaan doa dan persembahan kepada leluhur, dilanjutkan dengan makan bersama dan hiburan.

5. Belangiran: Menyambut Ramadan dengan Kesucian Hati

Belangiran, tradisi menjelang bulan suci Ramadan, bertujuan menyucikan diri dan mempererat silaturahmi. Tradisi ini dilakukan dengan mandi bersama di sungai, menggunakan air langir, bunga tujuh rupa, setanggi, dan daun pandan.

Ritual mandi suci ini dipercaya membersihkan diri dari dosa dan kotoran, menyambut Ramadan dengan hati bersih. Belangiran juga menjadi ajang berkumpul dan berbagi antar warga, serta daya tarik wisata lokal dan mancanegara.

6. Ngumbay Lawok: Rasa Syukur dan Harapan Nelayan Pesisir

Ngumbay Lawok, atau “mencuci laut”, merupakan tradisi masyarakat pesisir Lampung untuk mengungkapkan rasa syukur atas hasil laut dan memohon keselamatan saat melaut.

Kerbau dijadikan tumbal sebagai simbol terima kasih dari para nelayan.

Baca Juga : 11 Destinasi Tempat Wisata di Bandar Lampung

Upacara ini dilaksanakan setiap tahun di lokasi berbeda, menarik wisatawan ke berbagai daerah pesisir Lampung. Ngumbay Lawok mencerminkan kepercayaan terhadap penguasa laut dan menjadi sarana memohon perlindungan dari bahaya.

7. Ngambabekha: Memohon Izin Sebelum Membuka Hutan

Ngambabekha, tradisi masyarakat Lampung, dilakukan sebelum membuka hutan untuk dijadikan lahan perkebunan atau perkampungan.

Tradisi ini bertujuan memohon izin dari penunggu hutan dengan memberikan sesajen dan persembahan.

Temukan Artikel Viral kami di Google News