SIGERMEDIA.COM – Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengingatkan jika pemulihan ekonomi di sejumlah negara besar berpotensi menimbulkan fenomena commodity booming seperti yang pernah terjadi pada tahun 2009 lalu.
Commodity booming adalah fenomena dimana permintaan komoditas negara tersebut mulai pulih sehingga mendorong harganya naik, sehingga harus diantisipasi.
“Pemulihan beberapa negara besar dalam perekonomian seperti di China, AS, dan Eropa akan membuat harga komoditas meningkat sangat kuat. Ini mirip seperti 2009 yang akan memunculkan boom komoditas yang harus diantisipasi, positif maupun negatif.” Tutur Sri Mulyani, dalam Musrenbang 2021, pada Selasa (4/5/2021).
Baca Juga: Evakuasi KRI Nanggala-402 Dinilai Sulit, Ini Persoalannya
Sri Mulyani juga mengatakan bahwa selain potensi commodity booming, pemerintah juga turut mengantisipasi faktor eksternal lainnya seperti lonjakan kasus dan varian baru Covid-19 yang mulai merebak di sejumlah negara. Kondisi tersebut dapat menimbulkan komplikasi penanganan Covid-19 secara global.
“Pada saat yang sama, meskipun program vaksinasi dimulai di seluruh dunia, namun aksesnya tidak merata.” Tandasnya.
Meskipun secara keseluruhan ekonomi Indonesia dikatakan membaik, Sri Mulyani menuturkan bahwa sejatinya pemulihan ekonomi Indonesia masih belum merata, baik antar sektor maupun antar daerah.
Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa kondisi yang masih dapat dikatakan fluktuatif tersebut akan mempengaruhi desain APBN secara keseluruhan.
“Perubahan kebijakan fiskal dan moneter di negara maju pasti menimbulkan spill over dalam bentuk inflasi, suku bunga global, dan berujung pada nilai tukar rupiah yang mengalami volatilitas serta disparitas pemulihan ekonomi dunia.” Katanya.
Baca Juga: Puluhan Pegawai KPK Tak Lulus Tes Wawasan Kebangsaan ASN
Maka dari itu, Sri Mulyani mengatakan bahwa kondisi tersebut harus bersama-sama dihadapi baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk berpartisipasi mendorong pemulihan ekonomi.
“Dari pusat kami akan menggunakan seluruh kebijakan secara berimbang dari sisi APBN terukur dan terarah, terutama sesudah kami dua tahun berturut-turut menggunakan APBN secara ekstra ordinary. Namun, dari sisi APBD keuangan harus juga turut berpartisipasi mendorong pemulihan ekonomi dan sinkron dengan arah yang dilakukan oleh pemerintah pusat.” Papar Sri Mulyani.